![]() |
Penanaman Bambu Bersama Jaga Semesta Pra Unduh Tirta |
Dusun Genting, sebuah perkampungan tua yang terletak di lereng utara Gunung Penanggungan, menyimpan sejarah panjang yang tidak hanya berbicara tentang manusia dan peradaban, tetapi juga tentang kesetiaan masyarakatnya dalam menjaga sumber kehidupan: mata air. Dari generasi ke generasi, air telah menjadi denyut nadi yang menghidupi masyarakat Genting. Namun, di tengah modernitas dan perubahan gaya hidup, nilai-nilai luhur ini mulai terkikis. Maka lahirlah kembali sebuah inisiatif bernama Ritual Unduh Tirta, sebagai upaya merevitalisasi tradisi pelestarian alam yang nyaris terlupakan.
Krisis Kesadaran di Tengah Kekayaan Alam
Masyarakat Genting sejatinya telah memiliki tradisi menjaga mata air, salah satunya adalah ritual ruwat sumber, yang digelar setiap bulan Ruwah. Ritual ini dulu dilaksanakan dengan membersihkan tandon (penampung air) dan menggelar kenduri serta doa bersama di sekitar air terjun Sabrangan. Namun seiring berjalannya waktu, partisipasi masyarakat menurun drastis. Sebagian besar generasi muda bahkan tidak mengetahui letak sumber air yang mereka konsumsi setiap hari.
Fenomena ini bukan disebabkan karena rusaknya tradisi, melainkan karena minimnya edukasi dan kesadaran akan pentingnya air sebagai sumber daya vital. Akibatnya, kegiatan menjaga mata air tidak lagi dianggap penting atau menarik. Padahal, tombak utama kelestarian alam terletak pada kesadaran dan keterlibatan masyarakat yang hidup berdampingan langsung dengan sumber daya tersebut.
![]() |
Edukasi tentang Pentingnya Bambu dalam Menjaga Mata Air |
Unduh Tirta: Memaknai Kembali Air dan Alam
Ritual Unduh Tirta hadir sebagai bentuk pengemasan ulang tradisi lama agar lebih kontekstual dan menggugah generasi masa kini. Unduh Tirta tidak sekadar seremoni, melainkan gerakan pelestarian yang menggabungkan nilai kearifan lokal, edukasi ekologis, dan aksi nyata penghijauan.
Rangkaian kegiatan Unduh Tirta terdiri dari beberapa tahap. Dimulai dari edukasi masyarakat melalui sarasehan dan diskusi tentang pentingnya air dan lingkungan. Pada tahun 2025, diskusi bertajuk Jalabhakti Amerta digelar oleh Sekolah Alam Penanggungan, mengajak masyarakat memahami kembali makna air sebagai berkah dan tanggung jawab bersama.
Kegiatan selanjutnya adalah eksplorasi sejarah dan arkeologi, yakni pembacaan ulang prasasti kuno di jalur pendakian Gunung Penanggungan via Genting, yang berada pada ketinggian sekitar 400 MDPL. Kegiatan ini membuka cakrawala masyarakat tentang betapa panjangnya peradaban di wilayah ini, yang sejak dahulu menghormati alam dan air sebagai bagian dari spiritualitas dan kelangsungan hidup.
Kemudian dilakukan penanaman bambu di beberapa titik strategis. Bambu dipilih bukan tanpa alasan. Akar-akarnya yang kuat berfungsi menyimpan cadangan air tanah, menahan erosi, serta meningkatkan potensi munculnya mata air baru di masa depan. Ini adalah bentuk implementasi konkret pelestarian lingkungan yang tidak hanya simbolis, tetapi berdampak langsung.
Ritual Puncak: Mengunduh Tirta, Mengunduh Kesadaran
Puncak acara adalah ritual Unduh Tirta di sumber air Air Terjun Sabrangan. Ritual ini ditandai dengan penyembelihan seekor bebek sebagai lambang persembahan kepada alam, disertai doa dan harapan akan kelestarian air. Ada cerita tersendiri mengapa harus seekor bebek dalam ritual persembahan untuk alam. Cerita tersebut akan dimuat khusus di halaman lain.
Tidak hanya masyarakat lokal, kegiatan ini juga melibatkan berbagai komunitas, pemerhati lingkungan, hingga para pendaki. Keterlibatan banyak pihak menciptakan ruang perjumpaan lintas generasi dan lintas komunitas yang memperkuat nilai emosional masyarakat terhadap sumber daya air.
Dari tahun ke tahun, antusiasme masyarakat Genting terhadap ritual ini semakin meningkat. Mereka tidak lagi sekadar melihat, tetapi turut merasa memiliki dan bertanggung jawab. Unduh Tirta mengembalikan rasa bangga dan kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga air, bukan hanya sebagai sumber kehidupan, tetapi sebagai bagian dari jati diri mereka sebagai penjaga warisan leluhur.
Menjaga dengan Hati, Merawat dengan Tindakan
Unduh Tirta bukan sekadar festival budaya. Ia adalah refleksi spiritual, sosial, dan ekologis dari masyarakat yang berusaha berdamai dan selaras dengan alam. Dengan menjadikan Unduh Tirta sebagai agenda tahunan setiap bulan Ruwah, masyarakat Genting menegaskan komitmennya: menjaga air bukanlah tugas pemerintah semata, tetapi tanggung jawab moral setiap insan yang hidup di bumi ini.
Harapan kami, semakin banyak elemen masyarakat yang terlibat, semakin luas pula gelombang dampak positif yang ditebarkan. Karena ketika air dijaga dengan hati, alam akan mengalirkan kehidupan dengan kasih sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar