![]() |
Aneka Bentuk Kekean sebagai Gaco dalam Permainan Panggalan |
Di lereng utara Gunung Penanggungan, masyarakat menyebut permainan ini "Panggalan". Alat permainannya dikenal dengan nama kekean, meskipun di daerah lain permainan ini lebih populer dengan sebutan gasing atau gangsing, dengan bentuk dan cara bermain yang beragam. Sementara tali yang digunakan untuk memutar kekean dinamakan uwet. Uwet terbuat dari tali rami yang digulung menyerupai tambang. Ada juga yang terbuat dari pelepah pohon waru, kemudian direndam dan dikeringkan, lalu digulung atau dianyam menyerupai tambang.
Cara bermain panggalan cukup unik. Semula kita harus melilitkan uwet di kepala kekean, lalu menyelipkan ujung uwet di antara jari kelingking dan jari manis. Selajutnya, kekean kita lempar ke arena hingga berputar cepat. Butuh konsentrasi, kekuatan, dan keseimbangan agar bisa memutar kekean dengan sempurna.
Permainan panggalan bukan sekadar memutar kekean. Ini adalah permainan yang mengandalkan keterampilan, strategi, dan kekuatan. Dalam satu sesi permainan, biasanya terdapat enam hingga tujuh pemain yang saling bertanding. Pemain pertama yang melemparkan atau memutar kekean disebut pelotek. Setelah pelotek memutar kekeannya, pemain selanjutnya berhak menyerang kekean yang masih berputar di arena.
![]() |
Bentuk Kekean yang Populer di Lereng Utara |
Permainan ini mengikuti struktur kasta atau tingkatan pemain, yang secara berurutan disebut: pelotek, pemanggal, ndengkul, ngudel, ndodo, menggulu, dan ngeratu. Setiap pemain harus menyerang dan mengalahkan pemain yang berada di kasta di atasnya untuk bisa naik tingkatan. Pemain yang mencapai posisi ngeratu dianggap telah mencapai kasta tertinggi karena berhasil menyingkirkan seluruh lawan dari arena permainan.
Seorang pemain baru dikatakan sebagai pemenang sejati jika ia mampu menduduki posisi ngeratu sebanyak sepuluh kali permainan. Jadi, permainan ini bukan hanya soal siapa kekeannya yang paling lama berputar, tetapi juga siapa yang paling tangkas dalam menyerang dan menghentikan laju kekean milik lawan. Tak jarang, dalam permainan panggalan, saking serunya kekean bisa hancur ketika diserang lawan.
![]() |
Contoh Kekean yang Hancur jadi Dua Bagian |
![]() |
Tampak Kekean Terbelah jadi Dua |
Tradisi panggalan biasanya hanya dimainkan saat musim kemarau dan dalam rangka pesta panen. Namun, kini permainan ini mulai jarang terlihat. Hanya orang dewasa yang sesekali memainkan panggalan, karena telah terjadi rantai yang terputus antara generasi tua dan muda, disebabkan derasnya arus teknologi dalam beberapa tahun terakhir.
Saat ini, sebagian masyarakat di lereng utara mulai berupaya menghidupkan kembali permainan panggalan, khususnya untuk anak-anak. Harapannya, generasi muda tidak akan melupakan salah satu permainan tradisional yang pernah menjadi ikon kebanggaan masyarakat lereng utara.
Panggalan bukan sekadar permainan biasa. Ia melatih ketangkasan, refleks, dan koordinasi motorik anak-anak. Selain itu, permainan ini juga mengenalkan mereka pada berbagai jenis kayu dari hutan, sebab kekean terbaik dibuat dari kayu yang keras dan memiliki massa yang cukup berat agar stabil saat diputar.
![]() |
Tali yang Digunakan untuk Memutar Kekean |
Meski sangat populer di masyarakat, namun ternyata tidak semua masyarakat lereng utara mengenal permainan ini. Salah satu contohnya di Dusun Bursik, Desa Manduro Manggung Gajah, tidak mengenal permainan panggalan. Di sana hanya terdapat permainan tradisional lain seperti patel lele atau jentik. Sementara di lereng timur seperti Desa Belahan, kekean sangat dikenal di sekitar tahun 1990-an. Generasi setelahnya sudah tidak mengenal kekean.
Perlu diketahui, istilah "panggalan" hanya dikenal di wilayah lereng utara. Di daerah lain, meskipun bentuk permainannya mirip, tidak dikenal dengan sebutan tersebut. Karena itu, mari kita lestarikan permainan tradisional warisan Nusantara ini. Jangan sampai hilang dan terlupakan.
Eman-eman kalau sampai punah... Yuk, hidupkan kembali panggalan untuk generasi masa depan!
Terus semangat dulur di permainkan kekean (panggalan ini) utk olah raga dan kebersamaan serta ngikat persaudaraan,
BalasHapus