5000 Bambu untuk Lereng Utara Gunung Penanggungan


Langkah Awal Penanaman Bambu bersama Jaga Semesta, Desember 2024

Tahun 2024 menjadi salah satu titik balik kesadaran warga akan pentingnya menjaga lingkungan. Jika di bawah sana, di kawasan industri Ngoro Industrial Park yang berdiri megah di kaki Gunung Penanggungan, aktivitas industri seakan tak pernah lelah menggerus alam—maka inilah saatnya kita di lereng utara bersuara dan bertindak.

Debit air terus menurun dari hari ke hari. Alam terus dikeruk, sementara air tanah disedot tanpa henti oleh pabrik-pabrik yang berjejer rapi. Lalu, siapa yang peduli jika bukan kita?

Kita mungkin bukan siapa-siapa di mata industri. Tapi kita ingin menjadi leluhur yang baik untuk anak-cucu kelak. Kita ingin bertahan, walau terus ditekan oleh dampak industrialisasi yang semakin mengganas. Ironisnya, tidak satu pun program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dari kawasan industri Ngoro benar-benar menyentuh pelestarian alam di lereng utara Penanggungan. Ke mana larinya CSR itu? Bukankah sudah seharusnya ia hadir sebagai bentuk kepedulian atas kerusakan yang ditimbulkan?

Tak ada yang akan benar-benar memperhatikan kami kecuali kami sendiri. Industri hanya akan sibuk membangun citra. Mereka menyalurkan CSR ke tempat-tempat yang tak punya hubungan dengan dampak langsung dari aktivitas mereka. Kami tidak kecil hati. Kami hanya tak mau diam.

Menunggu pemerintah? Bisa-bisa kiamat datang, upaya pelestarian pun belum juga dimulai.


Tahun 2025, Dusun Genting, Desa Wotanmas Jedong, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, memantapkan tekad. Kami ingin mengembalikan kehidupan di lereng utara. Kami ingin menanam 5000 bambu. Kami tidak sendiri—komunitas Jaga Semesta hadir mendampingi langkah kami. Tuhan seakan mengirim mereka sebagai jawaban atas keresahan yang lama kami pendam.

Desember 2024, Jaga Semesta untuk pertama kalinya datang ke dusun kecil kami. Lalu, pada Januari 2025, sebuah gagasan besar mulai bergerak: menjaga hutan dan menanam 5000 bambu di lereng utara Gunung Penanggungan.

Pilihan menanam bambu bukan tanpa alasan. Bambu dikenal sebagai tanaman yang memiliki daya serap air tinggi, mampu menahan erosi, dan memperkuat struktur tanah. Akar-akarnya yang kuat bahkan bisa membuka jalan bagi air tanah untuk muncul ke permukaan, memunculkan mata air baru yang sangat kami harapkan.

Penanaman dilakukan bertahap. Bambu-bambu ditanam menyebar di seluruh hutan Dusun Genting, termasuk di wilayah-wilayah milik Perhutani. Kami melibatkan warga, komunitas pegiat lingkungan, sosial, hingga para pendaki. Lokasi penanaman mencakup area di atas air terjun, Bukit Doplang, sekitar Prasasti Genengan, Mbah Sentono, Mbah Wiyu, hingga Watu Payung.

Tentu, menanam saja tidak cukup.

Kami memikul tanggung jawab untuk memastikan 5000 bambu ini tumbuh dan bertahan di alam liar. Selama tiga tahun ke depan, kami akan terus memantau perkembangannya. Setiap batang bambu diberi tag khusus dan terhubung ke aplikasi Pijak yang dikembangkan oleh Jejakin. Lewat aplikasi ini, setiap penanam bisa melihat perkembangan bambunya—apakah ia tumbuh, sakit, atau bahkan mati.

Kami juga rutin mengganti bambu yang mati atau tercabut oleh aliran hujan. Tak ada kata menyerah. Kami tanam kembali hingga ia bisa hidup subur.

Karena apa yang kami lakukan hari ini, bukan untuk kami. Ini adalah warisan untuk anak cucu kami nanti. Alam yang lestari. Air yang cukup. Hutan yang hidup. Itu semua adalah harta tak ternilai bagi manusia.

Semoga penanaman ini bukan yang terakhir. Karena kami belum selesai. Kami masih akan terus menanam. Menjaga hutan kami. Menjaga air kami.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar