Astana, Genting, dan Cerita dari Hutan



Aku memarkir motor di base camp Genting, sebuah rumah kayu beratap joglo yang dinamakan Astana. Letaknya di sebuah dusun kecil di utara Gunung Penanggungan. 

Menuju POS 1, aku masih menjumpai kandang ternak dan kebun milik warga lokal di bukit kecil bernama Bukit Bintang Sabrangan, yang juga lokasi kemah.

Penduduk dusun selalu menyambut para pendaki dengan ramah, bahkan tak jarang menawari mereka makan atau kopi hangat. Pencari rumput kadang ikut nimbrung ngobrol bersama kami di camp ground.

Aku suka mengamati.

Di sela pepohonan hutan yang rapat, penduduk desa menanam terong, cabe bahkan pohon pisang. Dedaunan tumbuh di hutan bahkan bisa dijadikan sayur teman makan nasi dan lauk.  Pada musim hujan rebung beranak pinak dari hutan bambu. Hutan seperti pasar raya bagi mereka. 


Penduduk dusun hampir tak pernah berbelanja ke pasar di kota. Sayur mayur melimpah, jagung  sebagai sumber karbohidrat ditanam di kebun dan ladang dekat rumah. Mereka seperti tak pernah resah terlalu dalam dengan kenaikan harga pangan. Semua mereka ambil dari alam. Dan seperti seorang ibu yang penuh kasih sayang, alam memberikan apa yang penduduk lokal butuhkan. Tanah yang subur untuk ditanami, sumber air bersih dari mata air di lereng gunung

Terdengar suara kambing mengembik, aku menoleh dan tersenyum. Di kejauhan tampak Mak Karti menarik tali pengikat 4 ekor kambingnya. Dua ekor kambing melonjak gembira dan berlarian naik.


Mak Karti sebaya ibuku, dia salah satu warga lokal yang akrab dengan pendaki, terkenal dengan 6 ekor kambingnya yang digembalakan di atas bukit dan Watu Talang, area sungai berbatu-batu yang telah mengering tanpa aliran air. Di sekitarnya tumbuh lebat hutan bambu dan rerumputan.

Kambing-kambing itu patuh. merumput dengan tenang di tanah lapang.  Dari dia lah, seluruh cerita tentang alam ku dapat. Dan sesekali dia menghadiahi aku hasil bumi dari hutan atau mengajakku makan di rumahnya.  Ku tulis cerita "Dari hutan ke meja makan" untuk mengingat Mak Karti.


Penulis:

Sasi Kirana. Seorang pegiat lingkungan yang juga suka menulis.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar