Di lereng utara Gunung Penanggungan, Dusun Genting bersama Astana Jabal Sirr dan beragam komunitas pegiat lingkungan menggelar sebuah gerakan sederhana namun bermakna besar: penanaman pohon bambu. Tidak hanya sekadar menambah hijau di kaki gunung, kegiatan ini menjadi wujud nyata cinta pada bumi, memadukan kerja tangan, semangat kolaborasi, dan rasa syukur pada alam.
Kegiatan berlangsung selama dua hari, 27–28 April 2024, bertepatan dengan momen peringatan Hari Bumi. Sebanyak 500 bibit bambu ditanam di titik-titik strategis lereng utara, dipilih bukan hanya karena daya tahannya, tetapi juga perannya dalam mencegah erosi, menjaga ketersediaan air, dan menciptakan habitat baru bagi satwa liar. Bambu—dengan akar serabutnya yang rapat—menjadi simbol keteguhan sekaligus harapan akan masa depan yang lebih hijau.
Namun, aksi ini tidak hanya berhenti di penanaman. Panitia menambahkan sentuhan edukasi dan hiburan, menciptakan suasana yang akrab dan penuh energi. Di Bukit Bintang Sabrangan, para peserta diajak mengikuti sesi edukasi satwa liar, mengenal burung-burung endemik hingga mamalia kecil yang masih menghuni hutan utara. Malam harinya, tenda-tenda berdiri rapi, lampu-lampu temaram menghiasi perkemahan, dan gelak tawa pecah di antara komunitas yang baru saja berkenalan. Camping ceria ini mempererat rasa kebersamaan yang kelak menjadi bahan bakar untuk aksi lingkungan berikutnya.
Tak kurang dari 45 komunitas dari berbagai kota hadir dalam acara ini. Di antaranya Komunitas Lintas Alam, Irannala, Komunitas Gondo Mayet, Penikmat Kopi Ketinggian, Pendaki Dadakan, Team Sakit Mojokerto, hingga kelompok-kelompok kecil yang biasanya hanya bertemu di jalur pendakian. Perbedaan latar belakang justru menjadi kekuatan; satu sama lain saling melengkapi, saling meminjam cangkul, dan saling berbagi air minum di bawah terik matahari.
Menariknya, Forum Bikers Peduli Indonesia (FBPI) juga turut hadir. Kehadiran komunitas motor di acara lingkungan mungkin terdengar kontras, namun justru di sinilah letak pentingnya: mereka menunjukkan bahwa kepedulian pada alam tidak mengenal sekat identitas atau hobi. Dari mengaspal jalanan hingga menapaki tanah becek di lereng gunung, mereka membawa pesan bahwa setiap orang punya peran untuk menjaga bumi.
Jika dilihat lebih dalam, aksi ini adalah contoh bagaimana gerakan lingkungan bisa dibungkus dengan nuansa gembira dan inklusif. Menanam pohon bukan hanya urusan teknis—menggali lubang, menaruh bibit, menutup tanah—tetapi juga proses membangun kesadaran kolektif. Setiap bambu yang tertanam adalah janji kecil kepada generasi mendatang: bahwa air akan tetap mengalir, tanah akan tetap kokoh, dan hutan akan tetap bernyanyi.
Pada akhirnya, kegiatan ini bukan hanya menambah 500 titik hijau di peta Penanggungan. Ia menambah rasa percaya bahwa perubahan bisa dimulai dari kerja bersama, sekecil apa pun. Dan ketika bambu-bambu itu kelak tumbuh tinggi, mereka akan menjadi saksi bisu tentang satu akhir pekan di bulan April, ketika manusia dan alam kembali mengikat janji setia.
Dokumentasi Kegiatan tersebut bisa dilihat di akun instagram kami berikut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar